Budaya Black Friday yang Bikin Banyak Orang Berbondong-bondong Belanja !!!

 

 


    Saat hari Jumat setelah Thanksgiving tiba, suasana di sekitar toko-toko seolah-olah dipenuhi oleh gelombang kegembiraan dan antusiasme belanja yang meluap-luap. Black Friday, sebuah tradisi besar belanja yang bermula dari Amerika, menjadi sorotan utama di kalender konsumen. Mengapa begitu banyak orang yang tergila-gila belanja pada hari ini? Jawabannya sederhana: diskon besar-besaran. Para pengecer berlomba-lomba menawarkan potongan harga yang sulit untuk diabaikan, dan ini seketika memicu keinginan pembeli untuk meraih barang-barang idamannya dengan harga yang lebih terjangkau."

 

Sebagai ajang belanja paling dinanti dalam setahun, Black Friday tidak hanya sekadar menandai awal musim liburan, tetapi juga menjadi pesta konsumen yang merajalela. Bukan hanya di Amerika, fenomena ini telah merambah ke berbagai penjuru dunia, dengan masyarakat global bergabung dalam hiruk-pikuk mencari penawaran terbaik. Dalam kerumunan yang mungkin membuat sebagian orang bertanya-tanya, artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang asal-usul, daya tarik, dan dampak fenomena 'Black Friday', di mana kebijaksanaan belanja bertemu dengan euforia konsumen yang tak tertahankan.

 

Black Friday itu seperti hari besar belanja yang diadakan setiap tahun setelah Thanksgiving di Amerika. Biasanya, toko-toko memberikan diskon gede-gedean dan penawaran khusus buat menarik pembeli. Nama "Black Friday" katanya awalnya dari istilah keuangan yang artinya toko-toko bisa mencatat keuntungan mereka, yang bikin buku akuntansi jadi warna "hitam" alias untung, bukan warna "merah" yang berarti rugi.

 

 

Pada hari itu, orang-orang biasanya berburu diskon besar-besaran, dan ini udah jadi tradisi yang menjalar ke banyak negara di dunia. Banyak yang ngejar barang-barang murah, makanya kadang-kadang disebut sebagai hari di mana orang jadi "gila belanja". Jadi, intinya, Black Friday itu semacam kesempatan buat belanja hemat dengan diskon gila-gilaan.


David Zyla penulis How to Win at Shopping juga mengungkapkan bahwa momen belanja ini termasuk salah satu yang punya pergeseran makna seiring perjalanannya. "Black Friday bergabung dengan daftar panjang hari-hari yang memiliki makna baru seiring berjalannya waktu," kata Zyla.

Para ahli Humas pun mencoba menggantikan nama Black Friday yang terkesan kelam ini dengan Big Friday yang terkesan menyenangkan. Namun ini tak berhasil."Saat ini para pengecer tidak begitu peduli dengan asal usul nama tersebut, namun telah memanfaatkan pengakuan globalnya sebagai hari (bersamaan dengan Cyber Monday) untuk menghasilkan sebagian besar penjualan tahunan mereka dengan promosi satu hari saja," kata Zyla.


Post a Comment